twitter



Assalamualaikum, apa kabar sob? Sehat? Alhamdulillah :D. oh iya sob gua mau posting cerpen ni, ini cerpen pertama gua pas masih kelas 2 SMP dulu, pas tampang gua masih imut-imut nya wkwk. Kalo  dulu cuma di post di note fb doang  jadi sekarang pengen di publish lagi di blog hehe. Maaf kalo ceritanya kurang menarik. Dibaca ampe abis ya :)
===============================================================



Sore yang indah, angin-angin mulai meniup dedaunan dan langit jingga yang sangat indah menghiasi langit saat aku dan rony sedang berlari sore di sebuah perbukitan tempat kami berlibur. “huftt.. capek gua ron gak kuat lagi’’ keluh ku kelelahan. “ayo dong baru juga jalan sebentar” jawab Rony enteng. “ya elu biasa, gua kan enggak” jawab ku ketus, mengingat Rony adalah juara lomba lari tingkat provinsi kota kami.

Berberapa lama kami berlari aku tak sadar kami ternyata sudah berada di tempat yang sangata asing dan sangat sepi. “Ron tempat apa ini? Ko serem amat si, trus sepi lagi”.  “gua juga gatau Vin kayanya kita tersesat deh”. “Ah elu si lari enggak kira-kira” ketus ku merasa di rugikan. Saat kami sedang kebingungan tiba-tiba hujan pun datang memperburuk keadaan. “wah hujan ni Vin, kita neduh dulu aja yu! Tuh di sana ada gubuk”. “yaudah dah, ayo cepet!”.

Hujan semakin lebat dan kami hanya bisa menunggu hujan berhenti untuk mencari jalan pulang, “aduh gimana pulangnya ni” ucapku cemas. “sudah tenang aja bentar lagi juga berhenti” jawab rony mencoba  menenangkan diriku. Saat kami sedang ngobrol tiba-tiba saja suara gemeruh terdengar di belakang kami. ‘’BRRRRGGUGKK’’.    “suara apa itu Ron?” tanya Vino cemas. “gak tau gua  Vin” jawab Rony  takut. Kami pun menoleh ke belakang dan ternyata LONGSOR!!!. “LONGSOR VIN!!! LARI AYO CEPET!!!”. Teriak Rony menarik tangan ku yang sedang melotot  tidak percaya melihat kejadian yang sepertinya akan menimpa kami. Kami pun berlari, berusaha menjauh dari longsoran yang seperti mengejar-ngejar  kami. Kami berusaha berlari secepat mungkin tetapi tak berapa lama aku sudah mulai kehabisan tenaga ku “RON GUA GAK KUAT LAGI” keluh ku kelelahan sambil terus berlari sekuat ku. “AYO VIN LU PASTI BISA!!!” ucap vino mencoba menyemangatiku. Tetapi Semakin lama suara gemuruh itu semakin jelas dan kencang, listrik pun terputus dan jalan menjadi gelap gulita. “RONY!!!lu dimana?!!!” teriak ku mencari sosok sahabat ku yang tadi berlari di depan ku, “gua gak tau Vin! Udah terus lari aja!” jawab Rony entah dari mana. “Gua gak kuat lari lagi RON!” jawab ku galau. “udah terus lari aja gua yakin lu bisa! Nanti kita ketemu di kaki bukit!” Aku sudah benar-benar lelah dan Aku tahu tanah sudah sangat dekat dan aku sudah tidak mungkin mengindar lagi.  Aku menghentikan langkah ku, aku pun berbalik seolah siap dengan apapun yang akan terjadi kepada ku.
 “BRUGTRRG” aku mendengar dan merasakan batu-batu dan tanah memukul tubuh ku. “apa ini saat ku? Apakah ini akhir perjalanan ku? Ya Tuhan tolonglah diriku, aku belum siap” aku membatin dalam hati. Aku merasa tanah sudah membawaku, aku pun tak sadarkan diri mungkin ini adalah akhir hidup ku.


Tiba-tiba Aku melihat sebuah cahaya yang menyadarkan ku, “apakah ini cahaya surga?” gumamku dalam hati. Tak lama aku pun sadar itu adalah cahaya matahari, “aku masih hidup!” pikirku  gembira masih dalam timbunan tanah yang hanya menyisakan celah di wajah ku. Aku berusaha keluar dari timbunan tanah itu, seetelah berberapa lama berjuang akhirnya aku berhasil keluar. Aku melihat sekelilingku, semua telah hancur, pohon tumbang di mana-mana, tapi anehnya ternyata ada sebuah pohon dan batu besar yang berada di sekitar tempat ku tertimbun yang mungkin membuat diriku tidak terlalu terpendam. “Alhamdulillah, terimakasih ya Tuhan kau telah menyelamatkan ku” ucap ku bersyukur.

Aku merasakan sekujur tubuhku sakit, kepalaku ternyata  mengalami luka dan di berberapa bagian ada yang berdarah, dan hampir seluruh tubuhku juga mengalami hal yang sama. “pasti Rony sudah sampai di kaki gunung dan sedang cemas menunggu ku” pikirku saat aku mulai ingat apa yang telah terjadi. Lalu aku berjalan dengan dibopong sebuah tongkat yang aku temukan saat berhasil keluar dari timbunan longsor tsb sambil menahan sakit tubuh ku menuju kaki gunung meski berberapa kali diriku terjatuh dan terpeleset sehingga menambah parah luka ku. Singkat cerita aku sudah sampai di kaki gunung, aku melihat banyak sekali orang-orang yang sedang mencari sanak saudara mereka yang mungkin saja tertimbun. Lalu ada seorang kakek yang menghampiri ku dan menanyakan keadaan ku “kau baik-baik saja nak?” tanya nya cemas. “ya, aku baik-baik saja kek”. “apa kakek melihat teman ku dengan....” jelas ku menyebutkan ciri-ciri Rony. “mungkin dia yang ada di sana” jalan kakek itu mengajak ku ke sebuah rumah warga yang sederhana. Dan di sana ia menunjukan seorang mayat pria. “apa? Tidak mungkin” ucap ku melihat sahabat ku Rony sudah terbujur kaku di hadapanku, “kenapa dia bisa meninggal kek?” aku hanya bisa menangis melihat sahabatku itu. “saya juga tidak tahu, tapi sepertinya dia mati kelelahan karna terus berlari menghindari longsor”. Aku tidak mengerti apa yang telah terjadi, “padahal dia adalah pelari yang hebat tapi...” pikir ku dalam hati sambil mencoba menahan tangis.  tak mengerti apa yang telah terjadi.
Lalu aku meminta selembar kertas dan menulis ‘’selamat tinggal kawan” dan meletakannya di sisi sahabat ku itu dengan mata yang tak mampu lagi menahan kesedihan.
Sekarang aku sadar jangan pernah takut menghadapi kenyataan, janganlah kita lari dari kenyataan itu. Coba lah hadapi kenyataan yang ada, meskipun akan sedikit melukai kita tetapi itu akan lebih baik dari pada kita berlari menghindari kenyataan, yang malah mungkin akan membunuh kita secara perlahan.
Coba lah sejenak berhenti, dan berfikir bagaiman langkah kita selanjutnya, Meskipun badai selalu datang menerjang tapi yakinlah akan datang suatu hari nanti yang cerah.
THE END


“NA”

3 komentar:

  1. lumayan ji, lumayan. tapi..

  1. Ihhh bagus bangedhhh😻

  1. Ihhh bagus bangedhhh😻

Posting Komentar